Jakarta, Ingatan dan sorot matanya tetap tajam melihat peristiwa 25 tahun lalu, pada 1998, ketika ia diculik, dipukul, disetrum, hingga diancam dibunuh dan dibuang ke jalan tol.
Mugiyanto Sipin menyebut, anggapan bahwa kasus pelanggaran HAM berat adalah isu musiman yang muncul tiap Prabowo Subianto nyapres adalah omong kosong, sebab keluarga korban berjuang setiap saat selama 24 jam 7 hari untuk mengetahui kebenaran.
Mantan Ketua Ikatan Orang Hilang (Ikohi) ini lantas membuka ingatan ke masa kala ia dan rekan-rekannya sesama aktivis 98 mengalami penculikan dan penghilangan paksa menjelang tumbangnya Orde Baru pada medio 1997-1998.
Dari 23 aktivis yang diculik, 9 kembali termasuk Mugi, sedangkan 14 lainnya masih hilang.
Periode hitam itu begitu membekas di benak Mugiyanto. Hingga kini, ia masih takut mendengar bunyi “krek-krek” handie talkie, suara yang membersamainya ketika diculik orang tak dikenal.
Meski belum ada sejarah resmi soal siapa dalang di balik peristiwa ini, tudingan penculikan itu mengarah ke Tim Mawar, kesatuan kecil dalam Komando Pasukan Khusus yang kala itu dipimpin Prabowo.